Papa adalah seorang laki-laki yang menahkodai sebuah keluarga dengan awak 3 wanita dan dia sendiri. Praktis yang akan meneruskan jejaknya adalah kedua anak perempuannya. Dan karena karakter kepribadiannya yang kuat itulah banyak sifatnya yang menurun ke anaknya, dari yang seneng baca buku, melucu, kadang serius banget, sampai hobi kentut di sembarang tempat.
Papa, adalah lelaki yang sering menjadi api unggun. Ketika orang-orang sedang berkumpul, ia selalu berada di tengah dan menjadi nyala api. Orang-orang mengelilinginya, melihatnya dari kegelapan. Papa berbicara lantang tentang joke, argumentasi, dan sering provokasi. Orang-orang ikut tertawa, atau kadang serius mendengarkan sambil sesekali manthuk-manthuk.
Papa, bagiku adalah gambaran masa depanku.
Suatu hari di kampus aku bertemu dengan dosen-dosen. Mereka bertanya, “mengapa sih din kamu kok pengen balik ke Jogja? Di Jakarta kan hidupmu udah enak… biasanya kalau orang sudah merasakan hidup enak tu sulit untuk kembali ke bawah…”
Kujawab, “Di Jakarta hidupnya susah, pak… Di Jogja lebih enak, nggak keburu-buru, ada rumah, lagi… ”
Sang dosen menyahut, “Emang di Jogja enggak sulit? Belom tau dia…”
Dosen lain menambahi, “La… dia yang dilihat bapaknya, sih… Padahal di Jakarta banyak yang lebih ketimbang bapaknya… Kalau Pak Darmoko sih enak…”
Hehehe… aku tertawa manyun…
Nggak ada maksud apa-apa. Bagaimanapun juga ( mungkin seperti kebanyakan orang di dunia ini ), papa tetap nomor satu. Semoga kalau papa baca blog ini papa akan tau betapa ia kujadikan sebagai kolaseku. Dan betapa aku ingin sebagian besar dirinya ada padaku…